Tampaknya, panggung politik di Banjarbaru mulai menarik disimak. Saya katakan demikian karena melihat figur yang akan berkontestasi. Ibarat pertandingan, kita pasti mendadak bosan jika bakal menonton pertarungan yang tak seimbang.
Di satu sisi, saya senang melihat pertarungan yang sengit. Di sisi lainnya, merasa iba jika melihat pertarungan yang dipaksakan. Itu sebabnya, saya berharap, mereka yang akan maju dalam bursa Pilkada Banjarbaru 2024 adalah para petarung sejati.
Kenapa demikian? Jika kandidat sama-sama kuat, di sini akan terlihat effort yang luar biasa untuk mendapatkan hati warga Banjarbaru. Dampak nyatanya adalah, semua kerja keras akan dirasakan langsung oleh warga secara berlipat ganda.
Satu bikin konser musik, satunya lagi juga bikin pesta musik. Asyik! Satu bikin acara pengajian, satunya lagi menyusul dengan acara serupa. Menarik, bukan? Saya membayangkan ini semacam jual beli pukulan.
Bayangkan jika salah satu calonnya seperti kerupuk yang terendam air. Lunyut. Di makan kada nyaman, diigut kada barasa. Paksa diluak.
Di sini, jujur saya tak ingin membahas tentang jargon atau semacamnya. Itu terlalu remeh untuk dibicarakan meski tetap memiliki porsi penting.
Jadi, soal jargon, ijinkan saya tulis terpisah dari tulisan ini. Saya mengatakan demikian karena siapa pun yang berniat maju dalam kontestasi Walikota dan Wakil Walikota Banjarbaru 2024 mendatang, tentulah mereka orang yang punya niat baik membangun sebuah kota.
Hanya saja, niat baik seperti apa yang akan kita pelajari bersama-sama? Baik untuk dirinya sendiri dan kelompoknya, atau kebaikan warganya?
Pun sebuah jargon, kadang kala dibuat oleh banyak kepala. Sekadar demi nyaman diucap, agar enak dibaca, asyik diperdengarkan, atau sebuah cara agar jualan cepat laku. Mirip dalam dunia marketing yang menggunakan kata-kata diskon, murah, waktu terbatas, beli satu dapat dua dan sebagainya.
Baiklah, jargon memang penting. Tapi jangan lupa, di balik itu semua kualitas tetap nomor satu. Kualitas di dalam kepemimpinan yang paling diidam-idamkan adalah mampu menjadi inspirasi bagi warganya. Dengan kata lain, bisa dijadikan sosok panutan.
Saya akui, menjadi sosok demikian memang tidak mudah. Namun, jika menjadi pemimpin yang biasa-biasa saja, tidak menginspirasi warganya, pemikiran dan keputusannya tidak visioner, jangan kecewa jika kelak akan sangat mudah dilupakan. Tak ada yang rindu, tak ada yang pergi ke TPS dengan hati menggebu-gebu.
Kualitas kepemimpinan lainnya yang sudah pasti manjur adalah soal berkeadilan. Ya, adil kepada semuanya. Syukur-syukur adil bukan hanya karena politis, tapi juga adil secara kemanusiaan dan berketuhanan.
Maaf jika terkesan menggurui. Saya hanya ingin mengatakan, siapa saja bisa dan boleh menjadi pemimpin. Namun, jadilah pemimpin yang berani pemimpin tentang kehebatan Banjarbaru 5 tahun ke depan.
Sebagai orang yang makan tidur di Banjarbaru sejak bayi, dan mengikuti kemajuan Kota Banjarbaru dari masa ke masa, tentulah banyak perkembangan yang sangat luar biasa. Saya ingin, siapa pun pemimpin Banjarbaru 5 tahun ke depan, terus melakukan perkembangan Kota Banjarbaru yang merata dan adil.
Jadilah inspirasi bagi anak-anak, remaja, pemuda bahkan para orang tua. Sampai di sini saya tidak ingin berpanjang lebar. Bukankah layar sudah dibuka lebar-lebar? Mari kita nonton bareng dengan hati berdebar-debar meski isi kepala ramai dengan kata golput, nyoblos, golput, nyoblos! (harie insani putra)
Tidak ada komentar: